![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqMMVmyLjclEBAyU-q7gxlYXB7GcEIEO8p2jCfixIrTklBSP83s-J1K1qem7QvfXUBSYdeX35gd4_DOGsEc_3SMZkRuI1PJUwwr41r967UJfZm3aWBKPY4QHBwWknymnHBo-I8asJ6yLDy/s320/93a2d8dab1df19de6d0cbaddba1b8c6b.jpg)
Manusia memang bersaing sejak dulu kala. Persaingan-persaingan diberbagai bidang mengarah pada nafsu untuk menjaga kepentingan sendiri tanpa peduli kepentingan pihak lain. Kecendrungan manusia modern pun, hampir sama bahkan tampak jelas mengarah kenaluri seperti itu. Pertunjukan seks bebas yang hampir tanpa batas tersaji didunia maya internet. Galungan dimaknai sebagai pembebasan jiwa dari belenggu adharma kali ini dihadapkan dengan realitas jiwa manusia modern yang memperlihatkan kecendurngan semakin kehilangan batas moralitas dan solidaritas sesama.
Peringatan galungan dan kuningan seharusnya kita maknai sebagai tonggak pencerahan, perbaikan moral, mental dan peningkatan spiritualitas menuju pencapaian kualitas hidup. Sehingga tampil hidup yang lebih didominasi refleksi simbol-simbol materialisme, hedonisme, dehumanisasi yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman, akan terkoreksi oleh inti sari peringatan hari istimewa ini. Mengangkat kembali makna hakiki dari galungan ini kita harapkan akan dapat menipiskan rasa pesimisme akibat berbagai krisis belakangan ini terus-menerus menghampiri kehidupan masyarakat. Di sisi lain akan menebalkan keimanan dan ketaqwaan sebagai pegangan kuat menjalani berbagai cobaan. Berbagai bencana alam tak perbah surut, negeri ini pun dihantui berbagai bencana sosial. Kemanusiaan banyak hubungan sosial kemasyarakatan yang retak akibat berbagai perselisihan, kesenjangan perekonomian sosial, kriminalitas dan berbagai penyakit sosial muncul ke permukaan. Masyarakat yang belum mampu membebaskan diri dari keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan menjadi tersendat-sendat karena korupsi.
Masyarakat tengah mengalami kekeringan pemandu dan teladan dalam menyikapi keadaan yang sedang krisis keteladanan dan kepercayaan terhadap manusia lain. Karena tokoh-tokoh yang semula menjadi panutan banyak terbukti tersandung kejahatan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang. Kita membutuhkan sosok-sosok yang mampu menjadi panutan atau teladan. Sosok manusia yang mampu menyentuh hati masyarakat dengan segala aura positif yang dimilikinya. Maka selain itu perlu adanya pemumian kembali terhadap tafsir-tafsir agama sehingga mampu mengangkat derajat kehidupan manusia.
Dari ritual ke
Realitas sosial
Ritual perayaan galungan berbeda-beda antara desa pakraman yang satu dengan yang lain. Kita pun sebagai manusia banyak mempunyai perbedaan. Apa lagi penganut agama yang berbeda-beda maka ritualnya pun tidak sama. Meskipun penganut yang sama “Agama Hindu” ritual yang dilakukan berbeda sesuai dengan tradisi yang ditemurunkan oleh nenek moyangnya. Sebut saja di Desa Batumadeg Kec. Nusa Penida ritual-ritual yang dilakukan untuk menyambut galungan antara lain:
Perayaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali yang merupakan awal dari rangkaian galungan dan melakukan persembahyangan di pura paibon yang bermakna sebagai semangat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Batumadeg secara kuantitas dan kualitas.
Peningkatan taraf hidup masyarakat juga bisa dilakukan melalui pengendalian diri pada pemaknaan “Penyekeban” (tiga hari sebelum galungan). Dan biasanya masyarakat pada hari tersebut “nyekeb” buah-buahan.
Penyajaan galungan (dua hari sebelum galungan) dimaknai sebagai pematangan spiritual atau pematangan jiwa, sehingga sang jiwa dapat menghadapi segala godaan.
Penampahan Galungan (sehari sebelum galungan). Jika sang jiwa dapat menghadapi godaan, maka sang jiwa akan mencapai kemenangan (jinamurti). Pada hari penampahan galungan masyarakat berkumpul, memotong babi dan membaginya sama rata. Kebahagiaan akan menjadi tujuan kehidupan merupakan anugerah tuhan yang diejawantahkan dalam simbol upakara Tumpeng Galungan dan Penjor yang bermakna kemakmuran. Dengan kemakmuran orang akan mencapai kecermelengan pada saat galungan.
Galungan, pada hari raya ini biasanya umat hindu mempersembahkan bebantenan, bersembahyang di pura masing-masing dan pura umum. Setelah selesai bersembahyang, umat Hindu saling mengunjungi antar keluarga dan tetangga. Galungan bermakna sebagai kemenangan sejati dan semangat untuk membangun kehidupan dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar